Header Ads



Pembelajaran Jarak Jauh Mengurai Apatis Guru

 


Pembelajaran Jarak Jauh  Mengurai Apatis Guru

Erike Wulandari, S.Pd.

SMKN 1 Dua Koto Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat


Dunia pendidikan dipaksa untuk bertransformasi lebih cepat dari waktunya. Bergeser dari mode evolusi menjadi revolusi.Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada masa pandemi ini, seberapa cepatkah kemampuan pendidik menyikapi kondisi pembelajaran jarak jauhyang telah berlangsung semenjak dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB)Empat Menteri Nomor 440-882 tahun 2020 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran.


Menurut Jeanne Ormrod dalam bukunya Human Learning halaman 4 cetakan 6 tahun 2012 menyatakan bahwa  pembelajaran adalah perubahan mental dan perilaku secara permanen akibat dari pengalaman.  Oleh karena itu, yang  membuat manusia belajar adalah adanya pengalaman.  Sehingga tidak salah pepatah para tetua masa lampau mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik, dari pengalaman itulah manusia dapat meningkatkan mental (soft skill) dan perilaku mereka. Keberadaan kita sebagai guru atau pengajar bukan membuat orang belajar. Keberadaan kita adalah membuat pengalaman belajar yang dialaminya terarah. Saat kita memberikan pembelajaran pada hakikatnya bukanlah menyampaikan materi. Pembelajaran itu adalah menghadirkan pengalaman. Apakah pengalaman membosankan, menegangkan,  menantang, menyenangkan, seru, memicu ingin tahu, atau yang lainnya.


Prinsip pembelajaran yang perlu kita pahami adalah tujuan belajarnya jelas secara operasional, adanya interaksi, respon umpan balik, memberikan contoh  atau non-contoh, belajar secara bertahap, prosesnya menarik secara psikologis, penghargaan dan pujian, kecepatan berbeda-beda dan sumber belajar beragam. Oleh karena itu,tentu di setiap pembelajaran kita memiliki tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran perlu memberikan pengalaman yang tepat agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Jadi, prinsipnya adalah pengalaman seperti apa yang sudah kita berikan pada peserta didik dalam proses pembelajaran.


Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., MA. yang menjadi pembicara dalam webinar HUT Kogtik 24 Desember 2020 ke-6 menyampaikansuatu ulasan yang menarik. Beliau memaparkan bahwa,sebelum melaksanakan proses pembelajaran seorang guru melakukan diagnosa asesmen pra kognitif yaitubagaimana caranya agar peserta didik ketagihan belajar.Solusi dari persoalan tersebut bahwa belajar menempatkan diri pada posisi peserta didik, bukan sebagai guru, bersifat empati dan mengobservasi merekadengan beberapa poin penting sebagai berikut. Pahami apa yang mereka sukai (cenderung tertarik) dan hal yang tidak sukai (cenderung dihindarkan), kemudian cari tahu bagaimana perasaan dan harapan mereka dalam belajar, cara agar mereka terangsang dan ketagihan untuk belajar, dan terpenting adalah bagaimana agar mereka mau berproses.


Tantangan guru selaku pendidik di masa new normal maupun masa depan berupa mendesain proses pembelajaran yang membuat peserta didik candu untuk belajar seperti halnya yang mereka rasakan ketika bermain games.Jangan merancang proses pembelajaran berbasis e-learning sebelum merasakan menjadi peserta didik yang belajar dalam ekosistem serupa. Untuk mensiasatinya, pendidik perlu mengikuti berbagai program pendidikan dan atau pembelajaran berbasis e-learning dalam dan luar negeri. Pelajari strategi masing-masing program dan lakukan perbandingan terhadap berbagai aspek. Uji formatif terhadap strategi belajar dan rancangan pembelajaran untuk memastikan apakah bermanfaat dan relevan dengan situasi peserta didik.


Berdasarkan kondisi tersebut memberikan pencerahan kepada pendidik bahwa kita jangan berharap mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan e-learning bila kita tidak pernah merasakan berada di posisi peserta didik dalam pembelajaran e-learning tersebut. Untuk menyikapi itu semua, pemerintah telah memberikan  paket kuota kepada pendidik dan peserta didik di masa pandemi untuk memudahkan menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran. Sebagian pelosok Indonesia memilki jaringan internet dan listrik memadai dapat melaksanakan e-learning dengan aman.Bagian sisi lain yang terpenting adalah prinsip pembelajaran terlaksana seluruhnya walaupun terseok-seok dalam prosesnya. 


Adapun kondisi saat ini membuat efek yang tidak bisa kita pungkiri yaitu learning loos yang membuat peserta didik kehilangan kesempatan, kehilangan proses, kehilangan point-pointpenting materi yang dipelajari selama belajar di masa pandemi. Hal ini tidak bisa kita pungkiri bahwa masa new normal tidak sepenuhnya normal sebagaimana sebelum adanya masa pandemi Covid-19.Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan kesenjangan luar biasa sepertipadapenerapan Learning Management System (LMS).  Sekolah ada yang menyusunnya dengan baik, ada yang tidak disusun, bahkan ada yang tidak melaksanakan membuat kesenjangan proses pembelajaran semakin berdampak. Hal itu tidak bisa dipaksakan juga dikarenakan berbagai hal diluar kemampuan kita seperti beraneka ragamnya kondisi lingkungan (tinggi rendahnya lapisan topografi bumi) yang menghambat terlaksananya  proses pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, pelatihan, worshop, diklat dan sejenisnya bukan lagi diadakan dalam semester sekali melainkan seminggu sekali untuk memperbaharui kemampuan demi menunjang pendidikan.


Berbagai kemudahan akses belajar telah ada dalam menanggulangi pandemi seperti mengikuti berbagai pelatihan secara daring maupun luring.Kesempatan belajar ini tergantung sikap pendidik dalam mengikuti kegiatan pada program yang diberikan. Mengikuti berbagai pelatihan akan memberikan pengalaman kepadapendidik sebagai pembelajar tangguh, sehingga tidak hanya peserta didiknya saja yang dituntut belajar melainkan gurunya juga merupakan contoh teladan dari figur yang digugu dan ditiru. Sensasi yang berbeda akan dirasakan ketika diklat, pelatihan, workshop dan sejenisnya diikuti dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Pelaksanaan secara daring maupun luring yang diikuti tidak hanya memberikan kesempatan mendapatkan ilmu melainkan teman-teman yang beraneka ragam seperti semboyan Bhineka Tunggal Ika. Berkenalan dengan teman, kenalan, sahabat dan guru baru dari berbagai suku di Indonesia membawa kekhasannya tersendiri dalam mengikuti kegiatan yang berlangsung. Teori TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) oleh Mishra dan Koehler (2006) Michigan State University yang merupakan sebuah kerangka berpikir seorang pengajar untuk menguasai 3 komponen berupa teknologi, pedagogi yang meliputi strategi, cara mengajar, metoda) dan konten atau materi ajar membuat pembelajaran jarak jauh menjadi lebih menyenangkan.


Terkadang sikap pesimis dari rekan tidak dapat dielakkan. Sebagai contoh, seorang pendidiktidak mendapatkan manfaat dari menulis buku sebagai karya ilmiah sebab masih golongan III ataupun masih guru pemula. Selain itu, mereka mengadakan pelatihan untuk menghabiskan dana pada program yang telah mereka buat. Misalnya memilih ikut pelatihan di hotel agar bisa refreshing daripada mengikuti secara daring yang pendidik hanya terpaku pada layar monitor, atau hanya mengandalkan sertifikat pelatihan namun mengabaikan tugas dan prosedur pelatihan dari awal. 


Seandainya mereka tahu dengan berbagai pelatihan yang tersedia membawa perubahan dalam menghadapikeadaan yang terjadi secara cepat, tentu kita sebagai pendidik bisa melatih keahlian diri dalam belajar dan mengajar.Ibaratnya, seseorang tidak akan pengap mengambil nafas seperti ikan mau diberi makan di dalam kolam ketika seseorang bertanya tentang bahasan tersebut, ataupun seperti menerangkan gajah sambil meraba-rabanya dimalam hari. Oleh karena itu, mengikuti pelatihan yang tersebar di media massa yang sudah diseleksi adalah jalan terbaik. Tantangan yang lainnya tidak hanya bersumber dari dalam diri pendidik itu sendiri, tetapi juga dari lingkungan tempat tinggal, masa kerja, usia, dan teman seperjuangannya. Seperti lirik lagu “Padamu Negeri Kami Mengabdi, Padamu Negeri Jiwa Raga Kami” dengan pelatihan itulah jawabannya.

No comments